Rabu, 14 Mei 2008

Di depan Fatmawati


Dalam periuk waktu
tanganku tersungkur
patah,
pecah!

Sebilah kebohongan
hujam derai cemara
yang tergantung
pada patung
masa lalu

Andai ribuan nadar
telah tembusi kabut
langkahmu tak akan sepi.
Aku terima kau
seperti butir-butir narwastu
telungkup pasrah
telanjang
di kaki kuil

Kita telah lelah.
Senyum palsu
memasung,
merobek fantasi
yang datang
bersama rintik hujan.

Jalanmu terlalu
pekat
hingga aku
tak bisa
lekat

Dalam periuk waktu
tanganku tersungkur
patah,
pecah!

Jakarta, 14 Mei 2008

1 komentar:

oblii mengatakan...

Sir Heruuu.. giillaaa!!! hebatt bangett buat macem2 berbau seni dan karya.. Wuuuiiihhh.. taaauuu dee siiirrr.... Udah jago maen gitar, jago nulis, jago nglawak, jago ngajar, jago macem2x.. Bruntung yha istri dan anak sir yang tercinta.. Sir Heru emang patut diacungin jempol!! You could be one of a thousand inspirations people.. Pokonya gak bisa diungkapin dengan kata2x de. You're a very great kind of person. Brilliant life..
Love and Peace, Oblyvia Amenta Barus (IPEKA International Christian School)